Kamis, 26 Februari 2009

Doa

Assalamu'alaikum.....

Bismillahi........

Rasulullah saw. Bertanya dan Iblis Menjawab

Rasulullah bertanya, "Siapakah orang yang paling engkau benci?"
I
blis menjawab, "Dirimu wahai Muhammad."
R
asulullah kemudian bertanya lagi, "Lalu siapa lagi?"
Iblis menjawab,.....
* "Pemuda muslim yang bertakwa dan mencurahkan waktu dan perhatiannya hanya untuk Allah swt...
* "Orang alim yang wara' (menjaga diri dari hal-hal yang haram hingga hal-hal yang subhat), dan dia bersabar.
* "Orang yang senantiasa melanggengkan kesucian dari tiga kotoran hadast besar, kecil dan najis (menjaga wudhu')
* "Orang fakir yang senantiasa bersabar, yaitu mereka tidak mengeluhkan kefakiran dan penderitaannya kepada mahkluk (sesamanya) dalam waktu tiga hari.
* "Orang kaya yang bersyukur, yaitu orang yang mengambil kekayaan dari apa yang dihalalkan Allah dan dibelanjakan serta disalurkan sesuai ketentuan-ketentuan syariah-Nya." (HR Muadz bin Jabbal dari Ibnu Abbas)







Selasa, 10 Februari 2009

    1. Mudah terbawa Situasi.

Jangan pernah mudah terbawa situasi, sikapilah setiap persoalan dengan pikiran jernih. Gunakanlah akal dan pikiran yang telah Allah anugerahkan kepada kita, karena sesuatu yang terburu-buru itu lebih sering merusak akal sehat kita. Berpikirlah sebelum bertindak, jangan cepat terbawa suasana dan bersahabat dengan emosi. Emosi yang tidak terkendali bisa menghasilkan energi yang luar biasa, sehingga menjerumuskan kita melakukan tindakan yang bodoh.

Mulai detik ini orientasikan hidup kita kearah yang paling jauh, yaitu perjumpaan dengan Allah. Apabila kita bisa menjalankannya dengan baik, maka semua permasalahan menjadi ringan dan ridha Allah pun didapat. Rasulullah SAW bersabda: “Jangan marah kalau mau masuk surga”

Tidak ada yang tidak bisa terselesaikan, karena Allah memberikan ujian kepada kita sepaket dengan solusinya. Karena Allah Maha Tahu dan Maha Bijaksana. Allah tidak akan memberikan sesuatu apapun diluar batas kemampuan kita. Oleh karena itu setiap permasalahan yang ada sebaiknya dibicarakan bersama dengan hati yang lembut, dan lisan yang baik, agar bisa mendapatkan mufakat yang baik pula. Karena yang terpenting bukanlah perdebatannya, tapi bagaimana cara penyelesaian.

Minggu, 08 Februari 2009

Ikhlas

Dalam hidup kita bisa melakukan banyak hal


Pekerjaan yang dilakukan dengan keikhlasan, insya’Allah akan terasa lebih ringan, dan bukan menjadi sebuah beban. Berusaha untuk tulus dan ikhlas dalam menjalankannya apapun itu, tanpa mengharapkan hadiah atau pujian dari siapapun. Karena keinginan agar orang-orang mengetahui keistimewaan dari apa yang telah kita kerjakan adalah bukti dari ketidaktulusanmu. Dan bilamana kita berusaha untuk menjadi pusat perhatian dengan cara menyenangkan orang lain, maka hilanglah nilai-nilai kedamaian dalam hidup kita. Sebuah amal yang berasal dari hati yang murni dan tulus hasilnya akan berbeda dengan sebuah amal yang kita lakukan karena dorongan ingin dihormati. Orang yang mempunyai ketulusan akan selalu diberi balasan dengan mengetahui bahwa Allah Maha Melihat, Maha Mengetahui, dan selalu ada. Sehingga dia tidak mempunyai pengharapan kepada manusia atas apa yang telah dia lakukan kecuali kepada Allah semata. Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman: “Katakanlah: Jika kamu sekalian merahasiakan atau menampakkan apa yang terkandung di dalam dadamu, niscaya Allah mengetahuinya”. (Ali-‘Imran: 3:29)


Kamis, 05 Februari 2009

mengingat mati

Mengingat mati akan melembutkan hati dan menghancurkan ketamakan terhadap dunia. Karenanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan hasungan untuk banyak mengingatnya. Beliau bersabda dalam hadits yang disampaikan lewat shahabatnya yang mulia Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:



“Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).” (HR. At-Tirmidzi no. 2307, An-Nasa`i no. 1824, Ibnu Majah no. 4258. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata tentang hadits ini, “Hasan shahih.”)

Dalam hadits di atas ada beberapa faedah:

- Disunnahkannya setiap muslim yang sehat ataupun yang sedang sakit untuk mengingat mati dengan hati dan lisannya, serta memperbanyak mengingatnya hingga seakan-akan kematian di depan matanya. Karena dengannya akan menghalangi dan menghentikan seseorang dari berbuat maksiat serta dapat mendorong untuk beramal ketaatan.

- Mengingat mati di kala dalam kesempitan akan melapangkan hati seorang hamba. Sebaliknya, ketika dalam kesenangan hidup, ia tidak akan lupa diri dan mabuk kepayang. Dengan begitu ia selalu dalam keadaan bersiap untuk “pergi.” (Bahjatun Nazhirin, 1/634)

Ucapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas adalah ucapan yang singkat dan ringkas, “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (kematian).” Namun padanya terkumpul peringatan dan sangat mengena sebagai nasihat, karena orang yang benar-benar mengingat mati akan merasa tiada berartinya kelezatan dunia yang sedang dihadapinya, sehingga menghalanginya untuk berangan-angan meraih dunia di masa mendatang. Sebaliknya, ia akan bersikap zuhud terhadap dunia. Namun bagi jiwa-jiwa yang keruh dan hati-hati yang lalai, perlu mendapatkan nasihat panjang lebar dan kata-kata yang panjang, walaupun sebenarnya sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:



“Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).”
أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذمِ اللَّذَّاتِ أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ

keluarga

aktivitas dalam rumah

silaturahmi