Sabtu, 16 Oktober 2010

Bersyukurlah atas nikmat-Nya

Bismillahi......
Assalamu'alaikum.....

Bersyukurlah akan nikmat-Nya

Sebagai seorang manusia, kita pasti banyak keinginan..ingin ini dan itu..tanpa kita ketahui, apakah keinginan kita tersebut adalah memang sebuah kebutuhan, atau hanya sebatas keinginan. Kita hidup tanpa ada rasa puas. Meskipun telah terpenuhi setiap keinginan, tapi tetap saja masih merasa ada yang kurang. Inilah sejatinya manusia yang kurang bersyukur akan nikmat Allah yang telah ia rasakan.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,"Lihatlah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta & dunia) dan jangan kamu melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian itu lebih pantas, agar kamu semua tidak menganggap remeh nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepadamu."
( HR. Bukhari & Muslim, hadits ini lafadz Muslim )
Kata syukur dapat diartikan juga dengan rasa berterima kasih kita kepada Allah atas nikmat, anugerah & karunia-Nya. Coba kita renungkan akan nikmat Allah yang sangat dekat dengan kita, yaitu kita memiliki panca indera yang lengkap, kita bisa bernafas dgn bebas (tanpa harus ada alat bantu) dan kesempurnaan tata letak anggota tubuh. Bayangkan kalau seandainya kita bernafas, tapi harus membawa sebuah alat kemanapun kita pergi, atau tata letak anggota tubuh yang tidak sesuai..misalnya, mata kita terletak di punggung, mulut kita di kepala, atau kepala kita di kaki..seperti apa jadinya bentuk kita. membayangkannya saja kita tidak mau, apalagi jika semua itu berwujud menjadi kenyataan..ihh....sereeemmmm...
Sudahkah kita berterima kasih kepada Allah akan semua itu...sadarkah kita, kalau selama ini kita sudah kurang mensyukuri nikmat-Nya, dengan mengabaikan keberadaan-Nya...
Mengapa yang teringat dalam ingatan kita hanya, "apalagi ya keinginan kita yang belum terpenuhi, lalu kita minta pada Allah..." tapi, mengapa kita tidak mengingat, "Apa yang sudah kita berikan kepada Allah atas nikmat dan karunia-Nya.." . Apakah kita telah menjalankan perintah-Nya, dan meninggalkan larangan-Nya. Mungkin ada sebagian kecil daripada perintah Allah yang telah kita jalankan, sehingga kita merasa berhak menerima balasannya, namun jangan pernah kita menghitung akan apa yang sudah kita berikan kepada Allah, karena semua itu tidak akan mampu menandingi akan nikmat Allah yang sudah Allah berikan untuk kita, meskipun kita meminjam jari2 seluruh sanak keluarga kita hingga 7 turunan sekalipun.
Allah ta'ala berfirman :
"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang."
( QS. An-Nahl (16) : 18 )
Banyak cara kita untuk mengucapkan terima kasih kepada Allah:
1. Dengan menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya
2. Berbagi dengan orang-orang dhuafa, para anak yatim, dan orang-orang yang kurang mampu.
3. Bersedekah, dan banyak lagi cara lainnya...
Setiap orang sangat memerlukan Allah dalam setiap gerak kehidupannya. Dari udara untuk bernafas hingga makanan yang ia makan, dari kemampuannya untuk menggunakan tangannya hingga kemampuan berbicara, dari perasaan aman hingga perasaan bahagia, seseorang benar-benar sangat memerlukan apa yang telah diciptakan oleh Allah dan apa yang dikaruniakan kepadanya. Akan tetapi kebanyakan orang tidak menyadari kelemahan mereka dan tidak menyadari bahwa mereka sangat memerlukan Allah. Mereka menganggap bahwa segala sesuatunya terjadi dengan sendirinya atau mereka menganggap bahwa segala sesuatu yang mereka peroleh adalah karena hasil jerih payah mereka sendiri. Anggapan ini merupakan kesalahan yang sangat fatal dan benar-benar tidak mensyukuri nikmat Allah. Anehnya, orang-orang yang telah menyatakan rasa terima kasihnya kepada seseorang karena telah memberi sesuatu yang remeh kepadanya, mereka menghabiskan hidupnya dengan mengabaikan nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya di sepanjang hidupnya.
Saudara/i ku yang dirahmati Allah...mulailah untuk lebih meningkatkan rasa bersyukurmu pada Allah, agar kita menjadi orang yang bersyukur dan insya'Allah selamat dunia dan akhirat, amin...







Kamis, 26 Februari 2009

Doa

Assalamu'alaikum.....

Bismillahi........

Rasulullah saw. Bertanya dan Iblis Menjawab

Rasulullah bertanya, "Siapakah orang yang paling engkau benci?"
I
blis menjawab, "Dirimu wahai Muhammad."
R
asulullah kemudian bertanya lagi, "Lalu siapa lagi?"
Iblis menjawab,.....
* "Pemuda muslim yang bertakwa dan mencurahkan waktu dan perhatiannya hanya untuk Allah swt...
* "Orang alim yang wara' (menjaga diri dari hal-hal yang haram hingga hal-hal yang subhat), dan dia bersabar.
* "Orang yang senantiasa melanggengkan kesucian dari tiga kotoran hadast besar, kecil dan najis (menjaga wudhu')
* "Orang fakir yang senantiasa bersabar, yaitu mereka tidak mengeluhkan kefakiran dan penderitaannya kepada mahkluk (sesamanya) dalam waktu tiga hari.
* "Orang kaya yang bersyukur, yaitu orang yang mengambil kekayaan dari apa yang dihalalkan Allah dan dibelanjakan serta disalurkan sesuai ketentuan-ketentuan syariah-Nya." (HR Muadz bin Jabbal dari Ibnu Abbas)







Selasa, 10 Februari 2009

    1. Mudah terbawa Situasi.

Jangan pernah mudah terbawa situasi, sikapilah setiap persoalan dengan pikiran jernih. Gunakanlah akal dan pikiran yang telah Allah anugerahkan kepada kita, karena sesuatu yang terburu-buru itu lebih sering merusak akal sehat kita. Berpikirlah sebelum bertindak, jangan cepat terbawa suasana dan bersahabat dengan emosi. Emosi yang tidak terkendali bisa menghasilkan energi yang luar biasa, sehingga menjerumuskan kita melakukan tindakan yang bodoh.

Mulai detik ini orientasikan hidup kita kearah yang paling jauh, yaitu perjumpaan dengan Allah. Apabila kita bisa menjalankannya dengan baik, maka semua permasalahan menjadi ringan dan ridha Allah pun didapat. Rasulullah SAW bersabda: “Jangan marah kalau mau masuk surga”

Tidak ada yang tidak bisa terselesaikan, karena Allah memberikan ujian kepada kita sepaket dengan solusinya. Karena Allah Maha Tahu dan Maha Bijaksana. Allah tidak akan memberikan sesuatu apapun diluar batas kemampuan kita. Oleh karena itu setiap permasalahan yang ada sebaiknya dibicarakan bersama dengan hati yang lembut, dan lisan yang baik, agar bisa mendapatkan mufakat yang baik pula. Karena yang terpenting bukanlah perdebatannya, tapi bagaimana cara penyelesaian.

Minggu, 08 Februari 2009

Ikhlas

Dalam hidup kita bisa melakukan banyak hal


Pekerjaan yang dilakukan dengan keikhlasan, insya’Allah akan terasa lebih ringan, dan bukan menjadi sebuah beban. Berusaha untuk tulus dan ikhlas dalam menjalankannya apapun itu, tanpa mengharapkan hadiah atau pujian dari siapapun. Karena keinginan agar orang-orang mengetahui keistimewaan dari apa yang telah kita kerjakan adalah bukti dari ketidaktulusanmu. Dan bilamana kita berusaha untuk menjadi pusat perhatian dengan cara menyenangkan orang lain, maka hilanglah nilai-nilai kedamaian dalam hidup kita. Sebuah amal yang berasal dari hati yang murni dan tulus hasilnya akan berbeda dengan sebuah amal yang kita lakukan karena dorongan ingin dihormati. Orang yang mempunyai ketulusan akan selalu diberi balasan dengan mengetahui bahwa Allah Maha Melihat, Maha Mengetahui, dan selalu ada. Sehingga dia tidak mempunyai pengharapan kepada manusia atas apa yang telah dia lakukan kecuali kepada Allah semata. Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman: “Katakanlah: Jika kamu sekalian merahasiakan atau menampakkan apa yang terkandung di dalam dadamu, niscaya Allah mengetahuinya”. (Ali-‘Imran: 3:29)


Kamis, 05 Februari 2009

mengingat mati

Mengingat mati akan melembutkan hati dan menghancurkan ketamakan terhadap dunia. Karenanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan hasungan untuk banyak mengingatnya. Beliau bersabda dalam hadits yang disampaikan lewat shahabatnya yang mulia Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:



“Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).” (HR. At-Tirmidzi no. 2307, An-Nasa`i no. 1824, Ibnu Majah no. 4258. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata tentang hadits ini, “Hasan shahih.”)

Dalam hadits di atas ada beberapa faedah:

- Disunnahkannya setiap muslim yang sehat ataupun yang sedang sakit untuk mengingat mati dengan hati dan lisannya, serta memperbanyak mengingatnya hingga seakan-akan kematian di depan matanya. Karena dengannya akan menghalangi dan menghentikan seseorang dari berbuat maksiat serta dapat mendorong untuk beramal ketaatan.

- Mengingat mati di kala dalam kesempitan akan melapangkan hati seorang hamba. Sebaliknya, ketika dalam kesenangan hidup, ia tidak akan lupa diri dan mabuk kepayang. Dengan begitu ia selalu dalam keadaan bersiap untuk “pergi.” (Bahjatun Nazhirin, 1/634)

Ucapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas adalah ucapan yang singkat dan ringkas, “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (kematian).” Namun padanya terkumpul peringatan dan sangat mengena sebagai nasihat, karena orang yang benar-benar mengingat mati akan merasa tiada berartinya kelezatan dunia yang sedang dihadapinya, sehingga menghalanginya untuk berangan-angan meraih dunia di masa mendatang. Sebaliknya, ia akan bersikap zuhud terhadap dunia. Namun bagi jiwa-jiwa yang keruh dan hati-hati yang lalai, perlu mendapatkan nasihat panjang lebar dan kata-kata yang panjang, walaupun sebenarnya sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:



“Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).”
أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذمِ اللَّذَّاتِ أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ

keluarga

aktivitas dalam rumah

silaturahmi